Kemenangan Petinju Transgender Aljazair Tuai Kontroversi

oleh -135 Dilihat
oleh
banner 468x60

HARIAN KALTIM.ID – Kontroversi terjadi dari cabang olahraga tinju wanita pada perhelatan Olimpiade 2024 yang berlangsung di Prancis.

Imane Khalief,  petinju dari Aljazair yang sebenarnya adalah petinju transgender, beralih dari pria menjadi wanita, menang hanya dalam hitungan 46 detik pada ronde pertama saat menghadapi petinju wanita Italia, Angela Carini di kelas 66 kilogram putri yang dipentaskan di Paris Kamis (1/8/2024) waktu setempat.

banner 336x280

Bukan kemenangan yang mengejutkan karena sebenarnya Imane Khalief sendiri pernah terkena diskualifikasi dari Kejuaraan Dunia tahun lalu setelah dianggap berjenis kelamin laki-laki secara biologis.

Carini, petinju wanita kelas welterweight itu terkena pukulan dua kali, menderita patah hidung dan hampir tidak dapat melayangkan pukulan sebelum mengatakan di pojok ring: “Ini tidak adil”.

Ia kemudian berlutut, memukul kanvas dengan frustrasi dan menolak untuk menjabat tangan Khelif. Setelah pertarungan yang tidak seimbang itu berakhir, Carini yang berusia 25 tahun menjelaskan dirinya mundur karena khawatir akan keselamatannya. Situasi ini kemudian dikecam oleh seorang pejabat kesejahteraan perempuan PBB dan Perdana Menteri Italia.

Namun IOC membalas apa yang mereka sebut sebagai diskriminasi dengan mengatakan Khelif yang berusia 25 tahun dan Lin Yu-ting dari Taiwan, yang juga didiskualifikasi dari kompetisi New Delhi dan akan bertanding Jumat (2/8/2024) hari ini merupakan korban dari keputusan yang tiba-tiba dan sewenang-wenang dari International Boxing Association (IBA).

IBA adalah badan pengatur tinju yang mengawasi Kejuaraan Dunia namun statusnya dicopot oleh IOC karena masalah tata kelola dan dugaan korupsi. Sebagai hasilnya, IOC telah mengambil alih penyelenggaraan tinju di Olimpiade dan aturan kelayakan yang melingkupinya.

Beberapa pihak merasa bahwa peraturan IOC lebih longgar dan telah menyebabkan kehadiran pasangan yang sebelumnya dilarang di Paris, namun mereka menolak pendapat tersebut.

“Mereka (Khelif dan Yu-ting) tiba-tiba didiskualifikasi tanpa proses yang semestinya,” bunyi pernyataan sepanjang 557 kata itu sebelum menambahkan sejalan dengan Olimpiade sebelumnya yaitu jenis kelamin dan usia para atlet didasarkan pada paspor mereka. “Setiap orang memiliki hak untuk berlatih olahraga tanpa diskriminasi,” kata IOC, sebelum menyoroti peraturannya didasarkan pada peraturan yang dimiliki IBA sebelum penarikan paksa pada tahun 2023.

IOC juga menyerang informasi yang menyesatkan tentang dua atlet wanita dan menambahkan bahwa pasangan tersebut ‘telah berkompetisi di kompetisi tinju internasional selama bertahun-tahun dalam kategori wanita’.

Pernyataan tersebut menyoroti ‘agresi’ terhadap para petinju yang dikatakan ‘sepenuhnya didasarkan pada keputusan sewenang-wenang, yang diambil tanpa prosedur yang tepat’.

Berbicara setelah pertandingan, Carini mengatakan dirinya sudah terbiasa dengan penderitaan saat bertanding. “Saya tidak pernah menerima pukulan seperti itu, tidak mungkin untuk melanjutkannya. Saya bukan siapa-siapa untuk mengatakan itu illegal,” sebut Carini melansir dari dailymail.co.uk hari ini.

“Saya masuk ke dalam ring untuk bertarung. Namun saya tidak merasa seperti itu lagi setelah menit pertama. Saya mulai merasakan sakit yang luar biasa di hidung saya. Saya tidak menyerah, namun sebuah pukulan terasa sangat menyakitkan, maka saya katakan cukup. Saya pergi dengan kepala tegak,” tegasnya.

Carini menyebut tidak meninggalkan pertandingan sebagai bentuk protes atas keikutsertaan lawannya, namun hal tersebut merupakan keputusan yang harus dipertimbangkan oleh pihak Olimpiade.

Situs web Olimpiade mencatat Khelif telah didiskualifikasi beberapa jam sebelum pertandingan perebutan medali emas melawan Yang Liu dari China di New Delhi tahun setelah kadar testosteronnya yang tinggi gagal memenuhi kriteria kelayakan.

Komite Olimpiade Aljazair (COA) membalas dengan mengklaim diskualifikasi tersebut merupakan bagian dari ‘konspirasi’ untuk mencegahnya meraih medali emas dan mengatakan bahwa ‘alasan medis’ berada di balik tingginya kadar testosteron.

Lin Yu-Ting dari Taiwan juga didiskualifikasi dari Kejuaraan Dunia. Menurut situs web feminis Reduxx, keduanya diperkirakan terkena dampak dari Difference of Sexual Development (DSD) atau Perbedaan Perkembangan Seksual, serangkaian kondisi medis yang diidentifikasi saat lahir di mana alat kelamin tidak lazim terkait dengan kromosom.

IBA menyatakan kedua petinju wanita tersebut tidak menjalani pemeriksaan testosteron, tetapi ‘menjalani tes terpisah dan diakui’ yang diadakan pada Kejuaraan Dunia mereka pada tahun 2022 dan 2023.

Tes tersebut secara meyakinkan menunjukkan bahwa kedua atlet tidak memenuhi kriteria kelayakan yang diperlukan’, dengan kedua petinju ‘ditemukan memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan kompetitor wanita lainnya’.

Unit Tinju telah menyetujui partisipasi kedua petinju di bawah peraturan yang berlaku untuk Olimpiade Tokyo 2020, yang tidak seketat peraturan IBA.

Baik Khelif maupun Lin Yu-Ting bertanding di Tokyo, dan keduanya kalah pada ronde-ronde awal di pertandingan masing-masing.

Sementara Khelif berharap bisa meraih kemenangan keduanya dari ajang ini. ”Saya berharap bisa meraih kemenangan kedua untuk memastikan medali dan kemudian baru memikirkan soal medali emas,” sebut Khelif dilansir dari Reuters. “Saya katakan kepada orang-orang Aljazair kalau saya bekerja untuk bisa tampil dengan kemampuan terbaik demi membuat mereka senang,” imbuhnya.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.